Keadaan di Saudi sangat berbeda
sekali dengan di Indonesia. Di Indonesia, disepanjang kota besar dan bahkan
kota-kota kecil di kecamatanpun kita melihat banyak sekali pedagang nasi
disepanjang jalan. Mulai dari nasi rames, nasi goring, nasi padang, nasi uduk,
pecel lele, sate dan seabrek makanan lain yang menghiasi kota. Apalagi di
lingkungan Mess sebuah perusahaan yang karyawannya mencapai ratusan orang,
tentunya tak sulit untuk menemukan warung.
Dua ribu sepuluh silam ketika awal
pertama kali kami datang kesaudi, kami sampai Di Mess (Jeddah) tengah malam
sekitar jam sebelasan keatas. Tampak suasana sepi dari penghuni, pintu kamar
tertutup menunjukkan bahwa penghuninya sudah pada terlelap. Kami yang baru tiba
dari Indonesia, setelah melakukan perjalanan jauh merasakan perut lapar. Tak
tahu harus kemana dan enggak bisa bagaimana ngomongnya kalau mau tanya, kami
terpaksa menahan lapar hingga matahari muncul dengan sinarnya.
Pagi-pagi buta ketika kudengar adzan
subuh, kulangkahkan kaki untuk ke Masjid. Kutatap diantara jamaah yang hadir.
Tampak begitu banyak orang-orang yang berjenggot tebal. Yaitu orang-orang dari
Yaman, Mesir, Hindia, Pakistan dan Negara-negara lain yang mayoritas dari mereka
para lelaki dipenuhi bulu kumis dan jenggot. Tampak diantara mereka ada
beberapa orang yang sebangsa, yaitu Indonesia.
Usai sholat shubuh berjamaah kuberanikan diri untuk
menyapanya. Setelah basa-basi menanyakan kabar dan perkenalan, kucoba bertanya
tentang keadaan disini, “kalau makan bagaimana dan dimana?, karena kami semua
satu kamar orang baru, ngomong bahasa arab enggak bisa. perutnya pada lapar
bingung!”. He he he…
Hubus dan lauknya, bekel buat makan siang teman orang Hindia |
Dia bilang klo disini semua pada
masak sendiri, enggak ada istilah makan jajan kayak di Indonesia. Saya dikasih
tau kalau dibagala (mini market) ada hubus, yaitu sejenis roti berbentuk bulat
tipis dengan diameter kurang lebih 25 cm. dengn harga satu real perbungkus dan
isinya tiga. “Cukup murah jika kamu doyan” begitu katanya. Tanpa fikir panjang,
aku minta tolong kepadanya untuk mengantarkan ketempat yang dimaksud.
Aku beli dua bungkus dan aku bawa
pulang kekamar. Semua teman sekamar yang berjumlah sepuluh orang, semuanya aku
bangunin untuk mencicipi makanan asing yang sebelumnya belum pernah ditemuinya
itu. Ada yang bilang kayak bekatul! dan lain sebagainya. Dan ternyata, ibarat Di
Indonesia itu adalah sperti nasi, jadi masih butuh lauk pauk untuk memakannya.
Memang dasar perut dan mulut
Indonesia, dikasih makan hubus kok tetap masih ada yang kurang. Jadi istilah “sama-sama makan nasi” kurang
laku disini, karena mereka makan Hubus. Ha ha ha… Aku jalan lagi, mencoba mencari nomor kamar
yang tadi diberitahukannya, dengan maksud mencari solusi atas permasalahan
“perut yang complain”. Ahirnya kamar ketemu, tetapi orangnya tidak ada karena
sudah berangkat kerja.
Tidak ada suatu pengorbanan yang
sia-sia. Allah mempertemukan aku dengan yang lain. Dia mengajak aku kekamarnya
dan menyuguhi beberapa makanan yang mereka punya. Kebetulan ada salah satu
teman mereka yang lagi sakit, sehingga tidak masuk kerja. Aku disuruh mengajak
teman-temanku kesitu. karena kami tidak mau merepotkannya lebih banyak, kami
hanya pinjam peralatan dapurnya untuk memasak indomie yang kami beli sendiri.
Setelah siang kami semua dikumpulkan
dalam satu ruangan untuk meeting, melakukan persiapan dan agenda selanjutya
yaitu medical (cek kesehatan) ulang sebagaimana yang pernah dilakukan di
indonesia sebelum berangkat. Sebelum acara dimulai kami sempet ngobrol dengan
teman-teman yang lain yang berbeda kamar. Ternyata sebagian mereka ada yang
makan indomie yang dimasak dibawah terik matahari. Kebetulan kata mereka yang
sudah lama disini, sudah dua harian panasnya sangat menyengat.
Ketika kami menanyakan bagaimana
caranya, mereka bilang “indomie dibuka, dikasih air di ikat dan dijemur”. Apa
bisa mateng? “yah namanya juga kepepet, yah anget-anget setengah mateng gitu”
jawabnya sambil pada ketawa dan saling becanda.
Mungkin itulah uniknya kepepet,
menimbulkan reaksi yang berbeda dari satu permasalahan yang sama. Ada yang mencari
bantuan, sebagian mengeluarkan kreatifitasnya untuk melakukan eksperimen baru,
ada yang berdiam diri dengan menahan rasa lapar, dan ada juga yang
mengikuti/meniru apa yang telah dilakukan oleh temannya.
Apa yang akan sahabat lakukan dan
termasuk kelompok yang mana jika “kepepet” terjadi pada kalian? Apapun yang
sahabat lakukan tetaplah lakukan yang positif dan halal, agar Tuhan meridhoinya.
Aamiin…!
opo iki pak??
BalasHapusmengabadikan cerita kenangan kita. he he he.. mau tk kasih gmbar hubus tpi aq gk pnya file-nya. tolong donk! dikirimin klo km pnya gmbrnya, bwt pelengkap artikel ini.
HapusSalam TKi Mas.Apa kabar?
BalasHapusWah,blognya terus update ya bang,terima kasih sudah berbagi di sini.Salam silaturahmi,salam persahabatan.
Alhamdulillah masih dalam lindungan-NYA. Mohon do'a n Tips-nya kang, biar bisa konsisten nulis kayak sampean. salam Ukhwah..
HapusJOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
BURUAN DAFTAR!
MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
dewa-lotto.site