Tadi pagi saya membaca artikel di websitenya Bapak Jamil Azzaini. Beliau
menyampaikan bahwa "Dalam proses mendidik anak baik di sekolah maupun di
rumah pasti ada reward and punishment, seperti halnya dalam kehidupan beragama
ada surga dan neraka.
Beliau mengaku pernah menghukum anaknya
Hana Fadhila Firdausi (12 tahun) dengan cara keliru. Saat kecil dek
Hana pernah melakukan kesalahan sehingga
Beliau menghukumnya dengan cara memasukkannya ke kamar mandi, dan lampu dimatikan. Apa yang terjadi kemudian?
Hingga saat ini Dek Hana takut gelap dan takut berada di ruangan kecil, padahal
tahun ini ia masuk SMP.Beliau sering
meneteskan air mata bila mengingat kejadian itu. Dan berpesan "Hati-hatilah
menghukum anak, jika keliru bisa berakibat tidak baik".
Beberapa minggu yang lalu saya juga membaca update status di beranda
seorang adik yang saya kenal. Dia mengatakan bahwa dia merasa trauma dengan
hukuman yang pernah orang tuanya berikan diwaktu kecil. Dia pernah dipukul
dengan benda tumpul, pernah dikurung didalam kamar seharian. Kadang disaat-saat
tertentu dia ingin menonjok/membalas perbuatan yang pernah dilakukukan
orang tuanya itu. Padahal dia tau bahwa
perbuatan itu tidak baik, dia tahu kalau apa yang orang tuanya lakukan adalah
wujud kasih sayangnya. Padahal dia tahu kalau itu semua terjadi karena
kenakalannya di waktu kecil.
Melihat kedua kenyataan itu saya jadi teringat dan merasa bersalah
dengan apa yang pernah saya lakukan belasan tahun yang lalu terhadap adikku.
Waktu itu saya masih duduk dibangku SLTA. Salah satu diantara ketiga adikku ada
yang paling bandel. Kalau dia ngambek atau marah, dia akan menagis
sekenceng-kencengnya sambil berguling-guling dilantai. Orang tua saya yang
tinggal ibu satu-satunya merasa kuwalahan dengan perlakuan adikku itu. Dirayu
dengan cara apapun tidak mempan.
Sebagai anak pertama, saya nggak mungkin membiarkan hal itu. Saya angkat
paksa dia dan saya bawa ke sumur (tempat mandi dikampung). Tanpa membuka
bajunya, saya mandiin dia dan saya sabunin. Termasuk mukanya. Saya ancam dia
"kalau kamu nggak mau diam (berhenti nangis), gak akan saya siram sabun
yang ada di muka kamu dan gak saya lepas baju kamu". Karena dia merasa
kedinginan, dan jika mukanya nggak disiram matanya terasa pedas, ahirnya dia
diam. Kejadian itu selalu saya ulang ketika dia mengulangi hal itu lagi.
Sekarang saya jadi bertanya dalam diri saya sendiri, "apakah
hukuman yang saya berikan itu benar? Apakah itu masih teringat dibenaknya dan
menimbulkan luka dihatinya? Bukankah jika anak kecil nakal itu wajar? Mungkinkah apa yang dirasakan oleh adik saya
sama dengan apa yang ditulis Adek tersebut diatas? Apakah itu mempengaruhi mental didalam
kehidupannya? Apakah hal ini yang
membuat dia tidak sedekat kakak dan
adiknya kepada saya?
Sengaja kutulis ini ntuk adikku Syaiful Ghozi yang sekarang ada di
Malaysia. Maafkan ketidaktahuan kakakmu "adikku". Kakak nggak tahu
harus berbuat apa waktu itu untuk menghentikan tangisanmu. Kakak Cuma nggak
ingin melihat ibu bersedih karena tangismu yang menggelegar tak henti-henti,
membuat kebisingan dan rasa tidak nyaman diantara para tetangga. Maafkan jika
selama ini kakak mengganggap bahwa kamu adalah anak yang paling bandel, paling
bodoh diantara kami. Sekarang kakak baru menyadari bahwa setiap manusia diciptakan
dengan sebaik-baik bentuk dan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Biarpun kakak nggak tahu apa kelebihanmu,kakak yakin bahwa kamu pasti mempunyai hal itu. Maka
temukanlah berlianmu (kelebihanmu) itu dan asahlah terus menerus hingga suatu
saat orang akan menghargai dan berani membayar mahal berlianmu itu. Fokuslah
pada kelebihanmu bukan pada kekuranganmu. Milikilah impian dan target, agar
kamu mempunyai gairah dan semangat dalam menjalani hidup. Kita semua berhak
untuk sukses, mari kita niat dan ihtiarkan itu. Kita ukir prestasi terbaik
dimuka bumi ini agar orang tua kita tidak menyesal melahirkan kita, tapi justru
bangga. Dan jangan lupa, bidang pekerjaan apapun yang kamu lakukan, dasarilah
dengan keimanan agar kau selamat di Dunia dan juga Ahirat.
Semoga Allah melindugi kita semua, meridhoi usaha kita dan memudahkan
jalan kita dalam mewujudkan mimpi-mimpi kita. Aamiin…! Semoga bermanfaat..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar