Untuk
kembali menuju Ke Masjidil Haram, kami harus turun lagi Kebawah. Karena letak Food
Court ada di lantai paling atas mall
itu. Gak tau itu mall masih masuk area Zam-zam
Tower apa bukan, yang pasti tempatnya masih di kawasan itu. Sambil menunggu
lift, sayapun bertanya "apa yang
harus saya lakukan untuk membangun kerangka dasar dalam berbisnis?" dengan satu tangan bersender diatas tombol
lift, beliaupun menjawab "pandai membaca peluang dan membangun
relasi." Lift terbuka dan kami bertiga naik untuk turun menuju ke Masjidil
Haram.
Setelah
mengambil wudhu, kami bergegas masuk kedalam Masjid. Pak jamil mengajak kami
naik ke lantai dua, tapi ternyata sudah penuh. Ahirnya balik kanan dan kembali
ke lift escalator untuk naik ke lantai paling atas. Kami melaksanakan sholat Isya
dan tarowih di bawah naungan langit biru yang sudah gelap dan tampak
samar-samar dengan pantulan cahaya dari
masjidil haram. Pak jamil kelihatan tampak kurang sehat, karena beliau
selalu bersin-bersin. Mungkin alergi dengan debu2 yang nempel di karpet Masjid. Maklum saja jika
lantai paling atas tak bisa bebas debu biarpun selalu di bersihkan. Karena memang
tempat nya yang terbuka memungkinkan debu dari pembangunan pelebaran masjid Disebelahnya
nyampai kesitu.
Sholat
tarowih dan witir di masjidil haram 23 rekaat, kalau kita mengikuti semuanya kira-kira 2 jam
baru selesai. Sekitar jam 23.15 waktu saudi. Ketika imam sudah nyampai pada
rekaat ke 8, selesai salam pak jamil bilang " kayaknya saya sudah nggak
kuat dengan debu-debu ini. Biar kamu juga nanti nggak kemalaman kita ambil 8
saja. Sekarang kita witir sendirian, setelah ini kita ke hotel " sayapun
menurut saja, sekitar jam sepuluhan kita turun. Sebelum nyampai ke hotel,
beliau ngajak mampir untuk beli sendal dan jus. Karena sendal beliau hilang
semenjak habis magrib. Ketika kami Kerestoran untuk berbuka, Beliaupun sudah
tak beralas kaki. Tetapi tetap saja pede. Dan dengan enjoinya masuk ke food
court tak beralas kaki. Ketika naik lift
pun karena lupa-lupa ingat dan telat turun, yang menyebabkan harus ikut turun
dulu baru naik lagi. Beliau Cuma bilang " yach, dinikmatin az..!"
nggak tampak kelihatan muka mengeluh, apalagi menyalahkan orang lain.
Sampai
juga kami ke hotel beliau. Di lobi hotel yang sangat lebar dengan banyak
pilihan kursi ataupun sofa, Pak Jamil memilih tempat yang paling pinggir. Kamipun melanjutkan topik
perbincangan kami;
Saya ; bagaimanakah sesuatu hal itu bisa disebut sebagai
peluang?
Pak Jamil ; tergantung dari sudut pandang mana kita
melihatnya. Kita akan mengetahui kalau kita melakukannya. Misalnya seperti ini
saya tinggal Di Bogor, tetapi saya tidak memiliki ATM Bank Jabar sehingga saya
tidak mengetahui dimana letak ATM bank tersebut. Lain halnya dengan ATM BCA,
sepanjang jalan dari Bogor menuju Jakarta, saya hafal dimana saja letak ATM itu
dari yang paling nyaman, yang jorok, yang rawan, maupun yang ber AC. Saya mengetahui
itu karena saya mempunyai. Ketika dalam perjalanan saya selalu memperhatikan
dan mengamati dimana ada ATM BCA. Begitu juga dengan bisnis, ketika kamu sudah
memulai dan mempunyai nanti kamu akan tahu dimana saja peluang itu ada.
Saya ; berapa sekala
perbandingan antara belajar dengan action?
Pak jamil ; mesti banyak action. belajar setelah action. Kalau kita belajar-belajar terus nanti malah
jadi takut action.
Saya ; bagaimana untuk mengasah ilmu bisnis itu?
Pak Jamil ; Praakteek..
Saya ; apa yang
harus saya lakukan untuk posisi seperti saya ini demi mewujudkan sebuah impian
untuk berbisnis?
Pak Jamil ; saya tidak tahu kondisi persis kamu, tapi
ciptakanlah lingkungan yang positif. Bergabunglah dengan komunitas –komunitas yang
saling mendukung. Bertemanlah dengan orang –orang yang punya semangat untuk ber
tumbuh. Ibaratnya begini " ketika
saya mau berangkat ke sini dari indonesia semut masuk. icik icik icik ke tas
saya. Ketika dia sudah ada didalam tas saya bawa naik ke Pesawat. Sekarang dia
ada DiKamar di tas saya. Ketika saya pulang nanti dia ikut pulang lagi ke Indonesia dan dia cerita ke
teman-temannya.. " hai aku baru pulang dari makkah..! " kira-kira
teman-temannya pada percaya gak kalau dia baru pulang dari Makkah? Sudah pasti mereka nggak pada percaya. "mana
mungkin kamu bisa sampai ke Makkah, baru berjalan sekilo aja sudah mati
kelindes mobil..!" Tapi hal itu kenyataan nggak? Kenyataan. Terjadi nggak?
Terjadi. Karena dia ikut dalam lingkungan yang bisa jalan cepat dan bahkan
terbang untuk sampai ke tujuan.
Dan sekarang kamu mesti buat proposal hidupmu nanti di
email ke saya. Nanti akan saya kasih saran dan masukan. Hidup ini singkat, kita
mesti tentukan mau kemana dan jadi apa. Mesti diarahkan. Kalau dibiarkan begitu
saja ya jadinya begitu saja.
Ku buka
tas saya, kuambil kertas dan bulpen . kuberikan kepada beliau untuk menuliskan
alamat Email dan no HP. Beliau panggil pelayan hotel yang kebetulan juga orang
indonesia untuk memberikan uang pembayaran dari makanan yang beliau pesan.
"nggak usah kembali ya!" kata Pak Jamil kepada pelayan. Beliau juga
meminta pelayan untuk membungkus sisa pizza yang tidak habis dimakan untuk kami
bawa pulang. "nanti kalau sudah pulang Indonesia telpon-telpon ya..!'
pesan beliau sebelum kita berpisah.
Terima
kasih pak jamil atas ilmu dan traktirannya. Biarpun kondisi Bapak kurang fit,
masih mau berbagi kepada kami sampai jam 12 malam. Semoga ini menjadi titik awal
perubahan dalam hidup kami dan menjadi amal jariyah Bapak. Semoga limpahan
kasih sayang Allah dan nikmat kesehatan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Aamiin…!
Salam Sukses Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar