Jumat, 24 Agustus 2012

JANGAN KAU TUNTUT KESEMPURNAAN DARI ISTRIMU


Baru saja saya mendapatkan kiriman foto adik saya Di Indonesia yg sedang melangsungkan akad nikah, yang dikirim oleh istri saya. Pikiranku campur aduk antara bahagia, kangen, terharu dan juga sedih. Saya turut bahagia karena hari ini hari bahagia keluarga. Adik saya telah melangsungkan akad dan pesta pernikahannya. Semoga semuanya baik-baik saja dan acara berjalan lancar.

Saya merasa kangen karena sudah ada 5 tahunan kami nggak ketemu. Dulu ketika saya menikah, dia masih di Malaysia. Dan sekarang ketika dia menikah sayapun tidak bisa menghadirinya. Dia dan istrinya sama-sama sudah tidak mempunyai bapak, sama-sama mencari dan mencukupi kebutuhannya sendiri untuk melangsungkan pernikahannya. Dan saya sebagai kakak kandungnya tidak bisa menyertainya. Begitu juga kakak satu2nya sang istri juga tidak bisa hadir karena sesuatu hal sebagai TKI di Malaysia. Padahal kehadirannya sangat dibutuhkan sebagai seorang  wali. Yang pada ahirnya dilakukan oleh wali hakim dengan  via telpon  Indonesia –Malaysia. Hal inilah yang membuat saya terharu dan bersedih. Saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar cerita istri saya melalui telepon.

Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan ucapan selamat dan sedikit memberikan pembekalan untuk mengarungi samudera kehidupan rumah tangga yang baru. "SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU ADIKKU"  semoga Allah meridhoi pernikahanmu ini dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan barumu.

Adikku, sekarang kau sudah tak sendiri lagi. Kau telah memiliki pendamping dalam kehidupanmu, yang akan selalu menyertai  suka duka dalam kehidupanmu. Yang akan mengandung anak-anakmu. Menjaga harta dan menemani tidurmu. Sehingga akan semakin tampak kekurangan-kekurangannya dimatamu dan juga sebaliknya. Maka pesanku "janganlah kau tuntut kesempurnaan dari istrimu" karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Disatu sisi manusia mempunyai kelebihan dan disisi yang lain juga mempunyai kekurangan yang berbeda-beda.

Pepatah bilang "rumput tetangga tampak lebih hijau dari pada rumput Di Pekarangan sendiri".  Jika suatu ketika kau merasa bahwa istrimu lebih baik dari pada istri-istri orang lain, maka itu hanyalah bayangan semu. Yang tampak belum tentu sebaik yang kita fikirkan. Maka fokuslah pada kelebihan-kelebihan istrimu. Bersyukurlah dengan kelebihan2 istrimu dan bersabarlah dengan segala kekurangannya.

Sesungguhnya Siti hawa diciptakan dari tulang rusuk  Nabi Adam. Sedangkan tulang rusuk itu bengkong. Kalau kau paksa meluruskan maka akan patah. Dan jika kau biarkan akan selamanya tetap bengkok. Maka didiklah istrimu dengan hati yg lemah lembut. Jangan kau jadikan dia sebagai foto copy dirimu, biarlah dia menjadi dirinya sendiri. Jangan mudah cemburu dan memfonis istri dengan kata-kata yang negatif, lebih baik bertanya daripada berprasangka. Selalu belajar untuk menjadi suami dan bapak yang baik. Jangan malu dan gengsi  untuk mengawali minta maaf terhadap istri atas suatu permasalahan yang terjadi. Jangan enggan untuk memuji, memberikan apresiasi dan menggoda istri agar tidak luluh dengan godaan orang lain. Libatkan Allah disetiap langkah kehidupanmu. Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus (by ustadz Yusuf Mansur).  Karena Dialah(Allah)  yang mempunyai kehidupan ini dan sebaik-baik tempat kita meminta.

Semoga bermanfaat untuk para pembaca umumnya dan khususnya untuk adik saya. Mohon do'anya Semoga menjadi keluarga yang sakinah(tentram), mawaddah warahmah(penuh kasih sayang) hingga ajal yang memisahkannya. Mohon maaf untuk para pembaca, saya juga sedang  belajar dan berproses untuk menjadi suami dan orang tua yang dirahmati Allah. Yuk kita saling ingat dan mengingatkan dalam hal kebaikan. Ingatkan saya di @Bang_tono

Sabtu, 11 Agustus 2012

KEBENARAN YANG BERBEDA


Saya masih ingat sekali waktu itu ketika masih duduk di bangku SLTA, guru saya bercerita; Beliau baru saja berkunjung ke tempat anaknya yang ada Di Jakarta. Beliau menceritakan kepada kami dan sekaligus member  pelajaran buat  kami, "kalau naik bus mesti diawali  dengan kaki kanan dan kalau turun mesti dengan kaki kiri. Kalau kamu turun dengan kaki kanan dulu padahal bis masih setengah jalan, kamu akan terpelanting jatuh" .beliau bercerita sambil memperagakannya didepan kelas ketika beliau hendak jatuh terpelanting karena turun dengan kaki kanan terlebih dahulu.

Tahun 2003 saya mulai merantau ke Jakarta, karena susahnya mencari pekerjaan dikampung. Saya mulai membuktikan kebenaran tentang hal itu. Parahnya lagi ketika itu saya lagi naik bis dengan dua orang teman saya. Kebetulan yang satu sudah setengah tua. Karena masih awal2 di ibu kota, jadi  belum tau hiruk pikuk angkutan umum di jakarta. Ketika mau turun dia kayak ragu-ragu, nungguin bis benar-benar berhenti.

Kebanyakan kita sudah tau bahwa angkutan umum di jakarta kalau nurunin penumpang bis tidak seratus persen berhenti. Melainkan masih setengah jalan, karena bis selalu tergesa-gesa dan kejar-kejaran dengan  yang lain. Ketika itu kami berdua sudah turun, dia teman kami yang setengah tua tadi paling belakang. Karena memang kebetulan kami berdua tidak dapat tempat duduk, waktu turun jadinya  duluan. Ketika bis sudah setengah jalan agak cepat, dia baru turun dengan mendahulukan kaki kanan, Sehingga dia terjatuh. Untung gak parah waktu itu! Hanya sedikit lecet di lutut.Dengan kejadian itu, saya semakin hati2 dan mengingat-ingat kalau turun angkutan umum mesti diawali dengan kaki kiri.

Dua tahun yang lalu ketika awal-awal saya Di Saudi, kebiasaan itu masih tak bawa. Hingga suatu saat  ketika saya turun dari bis jemputan perusahaan, saya masih mematuhinya. Tapi apa yang terjadi? Justru malah saya terpelanting mau jatuh. Dalam hati saya bertanya "saya sudah turun dengan menggunakan kaki kiri tapi kok terpelanting mau jatuh? ". untung baru mau, belum benar-benar jatuh! He he he..  Ternyata bis disini beda dengan Di Indonesia. Bis Di Saudi pintunya di kanan, sedangkan di Indonesia dikiri. Begitu juga ketika melaju dijalan raya.

Kebenaran yang sudah saya yakini dan jalankan bertahun-tahun di Indonesia tidak berlaku di Saudi. Kalau saya tetap lakukan hal yang sama, justru saya yang akan terjatuh. Saya mulai beradaptasi untuk merubah dan menyesuaikan. Yaitu turun dengan kaki kanan terlebih dahulu. Dan ternyata hasilnya saya nggak terjatuh lagi biarpun bis berhenti dengan setengah jalan. Sungguh suatu kebenaran yang berbeda.

Bagaimanakah menurut anda? Apakah kebenaran itu harus sama? Haruskah kita mempertahankan kebenaran-kebenaran yang sudah kita yakini dan jalankan bertahun-tahun, padahal kita sekarang berada Di Tempat dan situasi yang berbeda? Yuk kita berfikir luas dalam mensikapi pertumbuhan tehnologi dan perkembangan zaman. Selalu beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah.

yuk kita saling ingat mengingatkan dalam hal kebaikan. ingatkan saya di  @Bang_tono